Rabu, 28 November 2012

Ekonomi - Hari ini Pkl. 00:09 WIB IHSG Tertekan Dipicu Aksi Ambil Untung


HARIAN ANALISA Jakarta, (Analisa). Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa, ditutup tertekan sebesar 37,66 poin dipicu aksi ambil untung pelaku pasar terhadap saham konsumer dan finansial.
Mengawali perdagangan pagi tadi, IHSG dibuka melemah 3,523 poin (0,08%) ke level 4.371,646 setelah kemarin menembus rekor tertingginya sepanjang masa. Saham-saham yang sudah naik tinggi mulai terkena tekanan jual.
Saham-saham yang kemarin naik tinggi kini mulai dimanfaatkan investor untuk mengambil untung. Saham-saham lapis dua masih menjadi penopang jatuhnya bursa kali ini.
Pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG merosot 12,522 poin (0,29%) ke level 4.362,647 terkena aksi ambil untung. Sebelum jatuh, indeks sempat mencapai rekor intraday tertingginya.
Meski terkena tekanan jual, indeks sempat menanjak ke zona hijau sebentar. Indeks pun mencetak rekor intraday tertingginya di 4.381,746. Sebelumnya, posisi intraday tertingginya ada di level 4.377,519 kemarin.
Mengakhiri perdagangan, Selasa (27/11), IHSG ditutup anjlok 37,660 poin (0,86%) ke level 4.337,509. Sementara Indeks LQ45 ditutup ambles 9,216 poin (1,23%) ke level 742,810.
Investor asing mulai mengambil untung memanfaatkan posisi indeks yang sudah tinggi. Hingga sore hari ini transaksi investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (foreign net sell) senilai Rp 251,3 miliar di pasar reguler.
Saham-saham unggulan menjadi target aksi ambil untung pada perdagangan kali ini. Delapan sektor jatuh ke zona merah dipicu aksi jual di saham-saham komoditas dan bank.
Perdagangan hari ini berjalan cukup ramai dengan frekuensi transaksi mencapai 138,426 kali pada volume 6,299 miliar lembar saham senilai Rp 4,779 triliun. Sebanyak 84 saham naik, sisanya 146 saham turun, dan 110 saham stagnan.
Bursa-bursa di Asia mengakhiri perdagangan dengan mixed sore hari ini. Sentimen positif datang dari Uni Eropa yang menyepakati pemangkasan utang Yunani.
Berikut situasi dan kondisi bursa-bursa di regional sore hari ini:
Indeks Komposit Shanghai anjlok 26,30 poin (1,30%) ke level 1.991,17. 
Indeks Hang Seng menipis 17,78 poin (0,08%) ke level 21.844,03. 
Indeks Nikkei 225 menguat 34,36 poin (0,37%) ke level 9.423,30. 
Indeks Straits Times naik 3,99 poin (0,13%) ke level 3.008,49. (ANt/dtc)

Ekonomi - Hari ini Pkl. 00:12 WIB BI: Tantangan Menjaga Ekonomi 2013 Lebih Berat



HARIAN ANALISA .Jakarta, (Analisa). Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution menilai tantangan menjaga ekonomi nasional pada 2013 mendatang lebih berat dibanding tahun ini seiring dengan kondisi global yang belum kondusif.
"Ekonomi Indonesia cukup stabil pada tahun ini. Pada 2013, tantangannya lebih berat untuk menjaga kondisi ekonomi tetap stabil seperti saat ini menyusul ekonomi eksternal yang masih belum kondusif," ujar Darmin di Komisi XI DPR di Jakarta, Selasa (27/12).

Ia menambahkan, meski ekonomi AS menunjukan tanda-tanda perbaikan namun kondisinya masih berjalan lambat dan belum signifikan pengaruhnya.

Sementara negara China dan Jepang, lanjut dia, sedikit mulai terpukul sehingga kondisi itu menambah kekhawatiran akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dunia.

Mencermati hal itu, Darmin mengatakan, akan menempuh berbagai kebijakan dengan tetap menjaga keseimbangan eksternal dan mengarahkan inflasi pada sasarannya.

Selain itu BI juga tengah menyiapkan fungsi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam pengawasan dan pengaturan perbankan sehingga pada 2014 dapat langsung berjalan.

Risiko Volume Perdagangan Global Berimbas PDB RI

Menurut Darmin, ada dua kelompok yang menjadi tantangan bagi BI di 2013 mendatang. Pertama, risiko dari rendahnya pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dunia dan volume perdagangan dunia, sehingga membawa kinerja PDB nasional pada kisaran bawah.

"Pada Triwulan III-2012 perekonomian Indonesia tumbuh 6,2 persen ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Ke depannya, ekspor diperkirakan akan membaik. Pertumbuhan ekonomi 2012 di perkirakan 6,3 persen," katanya.

Kedua, lanjut Darmin, adanya peningkatan tekanan inflasi yang antara lain disebabkan faktor risiko seperti kendala pasokan dan produksi bahan makanan, kenaikan harga energi serta meningkatnya ketidakpastian pemulihan ekonomi global yang berpotensi memicu tekanan nilai tukar rupiah.

"Guna mengantisipasi situasi itu, BI menetapkan sasaran strategis 2013, antara lain menjaga kondisi moneter, stabilitas sistem keuangan, dan kelancaran sistem pembayaran, aman dan efisiensi," ujar Darmin.

Darmin mengatakan, dalam upaya mendukung kinerja BI untuk mencapai sasaran strategis, pihaknya membutuhkan anggaran pengeluaran operasional senilai Rp5,55 triliun.

"Kami menargetkan penerimaan operasional sebesar Rp16,74 triliun," katanya.

Darmin memaparkan, sedianya anggaran pengeluaran operasional itu digunakan untuk gaji dan penghasilan lainnya sebesar Rp2,32 triliun, pengembangan dan pemeliharaan SDM Rp1,56 triliun.

Kemudian untuk logistik Rp594 miliar, penyelenggaraan operasional kegiatan pendukung Rp321 miliar, program sosial BI dan pemberdayaan sektor riil Rp126 miliar, pajak Rp492 miliar, dan cadangan anggaran Rp135 miliar. (Ant)